Kitakabari.com – Mengapa kasus flu singapura meningkat? Epidemiolog Dicky Budiman mengatakan faktor utama penyebab lonjakan kasus Flu Singapura di Indonesia adalah peningkatan mobilitas masyarakat.
“Kejadiannya terutama pada saat anak berusia antara 0-12 tahun mengalami peningkatan mobilitas. Kalau di Indonesia artinya terkait dengan libur hari besar,” kata Dicky.
Sementara itu, menurut Dokter spesialis anak, Edi Hartoyo, kasusnya meningkat bisa jadi dipicu oleh penanganan terhadap flu singapura yang tidak seketat penyakit menular lainnya seperti Covid-19.
“Kalau orang kena Covid-19 pasti akan isolasi, tapi kalau orang kena Flu Singapura tetap sekolah. Itulah yang menyebabkan penularannya tinggi, karena tidak seketat Covid-19.
Bagaimana penanganannya?
Edi mengatakan penyakit ini dapat sembuh sendiri dalam kurun tujuh hingga 10 hari.
Sejauh ini, belum ada antivirus yang secara khusus dapat menangani kasus Flu Singapura. Vaksinasi khusus untuk virus ini juga belum tersedia secara khusus, meskipun mulai ada penelitian terkait ini di beberapa negara.
“Yang penting adalah istirahat cukup, makan banyak, minum cairan oralnya banyak untuk mencegah dehidrasi,” kata Edi.
Nutrisi yang baik juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh, sehingga tidak membutuhkan pengobatan yang spesifik.
Anak yang terpapar juga direkomendasikan untuk menjalani isolasi di rumah untuk mencegah penularan ke anak-anak lain.
Lalu apakah harus sampai mengisolasi anak selama dua pekan seperti informasi yang beredar di media sosial? Edi mengatakan tidak. Anak cukup beristirahat sampai sembuh saja.
Bagaimana cara mencegah penularannya?
Lantaran penularan virus ini terjadi melalui kontak dan droplet, maka pencegahannya mirip dengan cara pencegahan Covid-19.
“Menjaga sanitasi baik diri sendiri maupun lingkungan, cuci tangan setelah berinteraksi dengan penderita, atau memegang alat misalnya gelasnya dan yang lainnya karena bisa menempel,” jelas Edi.
Peralatan pribadi orang yang terinfeksi juga sebaiknya disterilkan.
Meski demikian, penyakit Flu Singapura tergolong “ringan” meski menular. Oleh sebab itu, tidak perlu pembatasan aktivitas berskala besar saat pandemi Covid-19.
Akan tetapi, Edi mengingatkan bahwa momentum mudik Lebaran berpotensi memperluas penyebaran kasus ini.
Untuk mencegah itu, Edi menyarankan agar anak-anak yang menunjukkan gejala bintil di tangan, kaki, dan mulutnya sebaiknya berdiam diri di rumah dulu untuk mencegah penularan lebih lanjut.
“Yang kedua dengan cara menaikkan daya tahan tubuh anak. Caranya dengan suruh istirahat yang cukup, nutrisi yang baik, dan banyak minum. Daya tahan tubuh yang baik bisa menghalau virus apa pun yang masuk,” kata dia.
–