Sementara itu, Gubernur Sumbar Mahyeldi mengapresiasi Puan Maharani mengenakan busana tersebut.
“Saya kira sangat bagus sekali. Sangat cocok ya, Mbak Puan punya darah Minang, dengan memakai busana itu tampak kebundokanduangannya,” kata Mahyeldi, Selasa (17/8/2021).
Menurut Mahyeldi Puan mengenakan busana Minang karena punya garis keturunan dari Minangkabau.
“Seorang Ketua DPR RI, berdarah Minang dan kemudian mengenakan busana Minang tampak keanggunannya,” ujar Mahyeldi.
Bagi Mahyeldi Megawati dan Puan Maharani itu punya kecintaan yang luar biasa kepada Minangkabau.
“Karena cinta dan sayang dengan sesuatu itu (Minangkabau) makanya sering disebut,” ungkap Mahyeldi.
Sebelumnya, Puan juga terlihat memakai baju adat Bali bernama Payas Agung dalam Sidang Tahunan MPR dan Sidang Bersama DPR-DPD yang digelar Senin (16/8/2021).
Melansir Budayanesia, Payas Agung termasuk salah satu busana tradisional bangsawan Bali yang mewah dan spesial. Payas Agung memiliki perpaduan warna emas, putih, dan merah. Busana ini biasanya dikenakan dalam prosesi besar dan sakral, seperti acara keagamaan serta pernikahan.
Payas Agung terdiri dari atasan warna putih yang dipadukan dengan kain songket khas Bali dan kain tenun Gringsing. Semua elemen ini memiliki arti yang mendalam.
Selain itu, warna putih di baju Payas Agung melambangkan kesucian. Baju ini dipadukan dengan kain songket bermotif emas yang melambangkan keagungan.
Sementara kain tenun Gringsing memiliki makna yang tak kalah berarti. Melansir Fitinline, nama Gringsing konon didapatkan dari gabungan kata Gring (sakit) dan Sing (tidak).
Jika digabungkan, Gringsing berarti tidak sakit. Secara harfiah, banyak yang memaknai Gringsing sebagai tolak bala atau pengusir berbagai penyakit jasmani dan rohani.
Pada tahun lalu, Puan hadir di Istana dengan mengenakan baju adat Jambi, yakni Tekuluk Bai Bai. Puan memilih perpaduan warna merah, hitam dan emas, dalam pakaian adat Jambi itu. Pakaian Tekuluk diketahui sudah ada sejak zaman kerajaan Melayu dan dikenakan oleh perempuan dalam kegiatan sehari-hari.
Baju adat tekuluk sudah ada sejak zaman Kerajaan Melayu dan dikenakan perempuan dalam kegiatan sehari-hari. Model tekuluk telah berkembang hingga jumlahnya mencapai lebih dari 50 jenis.
Sumber Sekretariat PIS
–