Setelah Rahmi memiliki ‘kaki baru’, Ian Kapal memberi sedikit wejangan, karena kaki palsu itu masih baru digunakan, maka kulit akan lecet, gatal, hingga kapalan. Termasuk awal-awal ada pantangan makanan agar tidak menimbulkan gatal pada luka.
Tahun 2014, Ian Kapal mulai bekerjasama dengan dinas-dinas sosial, komunitas, juga lembaga. Hingga kemudian sinergi dengan Dompet Dhuafa terjalin pada tahun 2015. Ian Kapal merasa kolaborasi seperti ini sangat membantu bagi mereka-mereka yang tidak mampu.
“Jualan kaki palsu hingga Sumatera, Kalimantan, bahkan NTT. Umumnya harga diluar mahal, beli jadi ada yang seharga 15 juta rupiah. Saya berani bilang harga paling murah se-Indonesia, kaki buatan saya dijual 2 jutaan rupiah, dan saya sebut disitu harga sesama penyandang disabilitas. Gak ada alasan apa-apa, cuma karena saya merasakan gimana rasanya jadi orang buntung. Kebanyakan mereka gak mampu, ada yang nganggur,” ungkap Dian.
Dalam pengerjaannya, ia memproduksi satu kaki palsu membutuhkan rata-rata 1 (satu) minggu pengerjaan. Karena proses dikerjakan manual, langsung ukur kaki si pemesan karena tiap orang ukuran kakinya beda-beda. Setelah dilakukan pengukuran, ia mulai mencetak, menjemur hingga kering, dan terakhir finishing.
“Saya bikin 70% untuk penderita diabetes, rata-rata di usia 40-50 tahun. Ada juga penderita penyakit lain, baru sisanya karena kecelakaan. Kalo penderita diabetes tadinya anggota tubuh kecil biasanya makin besar. Kalau kecelakaan kebalikannya, dari besar jadi mengecil. Maka itu suka bikin (pesan) lagi,” imbuhnya.
Di rumah, Ian Kapal tinggal bersama sang istri, 4 (empat) orang anak, juga sang ibunda. Kini, anak pertamanya sudah kelas 6 SD, sedangkan anak ke-4, baru saja berusia satu minggu ketika Tim Dompet Dhuafa bersilaturahmi ke kediamannya hari itu.
“Rencana ke depan, saya mau pindah ke Aceh, agar anak-anak saya lanjut sekolah dan cari kerja dari sana. Dengan harapan lebih sukses dari saya. Sebetulnya saya ingin membangun organisasi atau komunitas difabel agar relasi lebih terbangun, berkembang, sehingga saya bisa bantu lebih banyak teman-teman difabel lain. Namun karena pandemi, keinginan itu mesti saya tunda hingga entah kapan pandemi berakhir. Karena banyak yang bikin kaki palsu itu berkegiatan sebagai petani, tukang ojek, bahkan pemulung,” lirih Ian Kapal.
Public Relation Dompet Dhuafa
Philanthropy Building
Jl. Warung Jati Barat No.14
Jakarta Selatan 12540, IndonesiaTentang Dompet Dhuafa
–